Mesin tetas manual sederhana

Dasar pemikiran penggunaan mesin tetas sederhana atau mesin tetas otomatis adalah besar kecilnya skala usaha, modal yang tersedia, dan sifat usaha penetasan. Jika usaha penetasan hanya bersifat sambilan (sekitar 100 butir per periode), maka mesin tetas sederhana bisa digunakan. Asalkan seorang penetas dapat melakukan pembalikan secara disiplin, maka pada skala berapapun mesin penetas sederhana masih bisa digunakan.

Mesin tetas sederhana dapat dibuat dari kardus, styrotoam bekas vaksin, galon air, dan tripleks. Berikut hal yang harus diperhatikan dalam mengelola mesin tetas manual sederhana:

  1. Sumber pemanas penetas sederhana adalah lampu pijar atau kawat nikelin yang dialiri listrik. arus listrik yang digunakan bisa arus listrik bolak-balik (AC 220 Volt atau 110 Volt) ataupun arus searah (DC 12 Volt). Selain itu, dapat juga menggunakan lampu minyak tanah yang udara panasnya dialirkan melalui pipa seng tipis diatas telur-telur unggas tersebut.

    Pengatur temperatur (thermoregulator) berupa thermostat untuk mesin tetas sederhana. Hal terpenting, sumber pemanas harus berada jauh dari telur, agar sudut jatuh antara telur dan sumber panas tidak jauh beda.

  2. Untuk menjaga kelembapan didalam mesin tetas manual sederhana, dibawah rak telur perlu diberikan air. air ini biassanya diletakan dalam nampan.
  3. Ventilasi mutlak diperlukan untuk pernapasan embrio. Karena itu, alat tetas sederhana tersebut harus diberi lubang kecil dalam jumlah yang cukup disemua sisi. secara alami, udara panas dalam mesin tetas akan naik dan keluar melalui lubang atas, sedangkan udara luar yang lebih dingin akan masuk melalui sisi bawah mesin tetas.
  4. Untuk mengetahui mesin tetas beroperasi dengan sempurna atau tidak, lakukan pengecekan suhu setelah mesin tetas menyala selama enam jam. Selama waktu itu seharusnya suhu mesin mencapai 38 C secara konstan.
  5. Cara meletakan telur tetas yang baik pada mesin tetas sederhana maupun mesin tetas otomatis adalah secara horisontal dengan pembalikan sebesar 180 derajat. Kondisi tersebut adalah yang sebenarnya terjadi saat ayam mengerami telur. Pemutaran 180 derajat akan menghasilkan daya tetas 4-5% lebih tinggi dibandingkan dengan telur yang diputar 90 derajat (karena posisi telur dalam keadaan berdiri). Pemutaran telur dilakukan 3 kali sehari, pagi, siang dan malam hari.
    Pada sisi permukaan telur yang berlawanan diberikan tanda yang berbeda untuk memudahkan kita mengetahui pergantian posisi telur karena pemutaran. Misalnya satu sisi telur diberikan tanda "X" sedangkan pada sisi yang berlawanan diberi tanda "O".
  6. Berbeda dengan telur bebek yang bisa dilakukan candling sehari setelah masuk inkubator, candling atau peneropongan embrio pada telur ayam kampung dilakukan minimal saat telur berumur 5 hari didalam inkubator. apalagi, mengingat tebal tipisnya kulit telur kampung yang tidak merata. Pada usia 5 hari, telur ayam yang tidak berembrio bisa diambil dan masih layak untuk dikonsumsi. Bagi pelaku penetasan yang sudah ahli, candling dapat dilakukan pada telur yang berumur 2-3 hari didalam inkubator.
  7. Pada mesin tetas sederhana ruangan inkubasi (pengeraman atau setter) sekaligus merupakan ruang penetasan (hatcher). Setelah telur menetas, mesin dan rak telur harus segera dibersihkan dan di desinfeksi, ventilator dibersihkan. Sementara lampu, tegangan listrik, dan peralatan lainya diperiksa agar ketika digunakan lagi mesin dapat memberikan hasil yang optimal.