Perdarahan pada telur tetas

Pada saat telur diterawang terlihat adanya alur darah. Jika diperhatikan lebih teliti maka embrio mati pada hari ke 2 hingga hari ke 4. Berikut ini beberapa penyebab terjadinya perdarahan pada telur:

  1. Biasanya kematian embrio disebabkan adanya pengaruh gen lethal (keturunan). Tetapi kejadian seperti ini jarang sekali ditemukan saat proses penetasan. Untuk mengetahui adanya faktor keturunan pada kematian atau tidak, perlu dilakukan pemeriksaan ke laboratorium.
  2. Flok induk terserang penyakit. Kematian embrio pada hari ke 2 dan ke 4 kemungkinan disebabkan serangan penyakit yang terjadi pada peternakan induknya. Penyakit yang paling berpengaruh adalah Egg Drop Syndrome (EDS) dan serangan salmonella pullorum yang ditandai dengan terjadinya berak kapur. Penyakit ini secara langsung menyerang indung telur.
  3. Telur tetas berasal dari induk yang sudah terlalu tua, idealnya telur tetas berasal dari induk yang berumur 25-55 minggu. Telur yang berasal dari induk tua atau induk yang berumur lebih dari 55 minggu memiliki daya tetas yang rendah. Hal ini disebabkan telur memiliki kerabang yang tipis menyebabkan telur mudah menyerap uap air saat kelmbapan tinggi. akibatnya embrio mengalami kematian karena jumlah air melebihi batas toleransi.
  4. Penanganan telur yang terlalu kasar. Saat pembalikan telur sering terjadi guncangan yang tidak diperlukan. Guncangan yang terlalu kers menyebabkan kacaunya posisi embrio. Tidak jarang posisi embrio menjadi sungsang. Kepala yang semestinya mengarah kekantong udara menjadi sebaliknya.
  5. Temperatur inkubator yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Temperatur inkubator tidak boleh berselisih 2 C lebih rendah ataupun lebih tinggi dari standar karena dapat menyebabkan kematian embrio.